Surat cinta. Cinta sebenarnya


Aku mencintaimu.
Bagitu sulitnya mengatakan itu. Bukan karena aku malu, atau tidak berani menyatakan. Tapi karena aku akan terdiam kala kau tanya mengapa bisa? Aku tidak tahu harus menjawab apa nanti. Aku tidak punya jawaban atas pertanyaan sederhana itu. Aku mencintaimu. Itu yang aku tahu. Tidak ada yang lain yang bisa ku ucapkan. Aku mencintaimu. Hanya itu yang aku tahu secara sadar penuh. Ya, hanya itu.

Apa aku harus merangkai kata-kata manis dan indah? Agar kau bisa terkaget-kaget, lalu dapat ku cium bibir mu? Atau aku hanya perlu mengatakan itu dengan sikap tersipu malu, dan membuat mu tertawa dan tersenyum, lalu kita berpelukan? Sangat romantis yah. Tapi, aku tidak bisa seperti itu, sayang.

Aku mencintaimu.
Betapa menjadi bodohnya aku saat aku mencintaimu. Semua pandangan menjadi buram. Dan hanya kau yang dapat ku pandang. Semua cicauan burung itu sirna. Tidak lagi ada. Tidak lagi terdengar. Yang ku rasa hanya deru jantung yang beradu saat berhadapan denganmu. Butuh pengendalian yang luar biasa dasyat agar aku tidak menjadi gila dihadapanmu. Tertawa terbahak-bahak, atau tersenyum terlalu lebar. Aku sangat berusaha menjadi ‘normal’ di depanmu. Hanya agar kau juga dapat nyaman denganku.

Aku mencintaimu.
Tidak kah kau menghitung berapa kaliamat ‘aku mencintaimu’ yang aku gunakan sekarang. Ya, aku sangat mudah saat mengetik kalimat itu. Namun entah mengapa, kalimat itu sangat sulit terucap dari bibirmu. Hanya memastikan agar kau dapat mendengar pernyataan itu langsung dariku. Tapi itu sangat sulit, sayang.

Komentar