untuk para wanitaku
wahai wanitaku.
para wanita dengan kaki baja namun berhati sutera.
wanita-wanita ynag terjun dalam medan perang sekaligus mengurus bayi-bayi dirumah.
bagaimanakah kabar dirimu sekarang, sayang?
masihkah tanganmu sehalus sutera kala kita bersentuh dan berjabat tangan?
masihkah kau selembut dulu saat aku merebahkan sejenak segala gundahku padamu?
masa-masa jaya kita tinggal menghitung hari. mungkin minggu. atau bulan.
namun, bukan saatnya kau lengserkan baju bajamu itu sekarang. masih ada sebuah janji. hakikat pada sebuah bunga. dimana kita harus kembali menggenggam pedang dan tameng di waktu bersamaan. saat kita harus kembali menunggangi kuda-kuda hitam, dan berlari mengejar matahari.
iya. kita harus kembali berjuang. sekali lagi.
sekali lagi.
sayang,
masihkah bara semangatmu membara seperti dulu kala?
sedia hingga akhir tanah peperangan habis tertiup angin.
kita yang kian menua, namun tidak tua, harus kembali menuntun para kesatria-kesatria muda. menuntunnya sebagaimana kita muda seperti dulu.
dan tetaplah pada pijakanmu, sayang.
hingga saat akhir ranah ini tertiup angin timur,
kita akan tersenyum bangga.
atau menangis.
09.47 a.m
15 september 2011
para wanita dengan kaki baja namun berhati sutera.
wanita-wanita ynag terjun dalam medan perang sekaligus mengurus bayi-bayi dirumah.
bagaimanakah kabar dirimu sekarang, sayang?
masihkah tanganmu sehalus sutera kala kita bersentuh dan berjabat tangan?
masihkah kau selembut dulu saat aku merebahkan sejenak segala gundahku padamu?
masa-masa jaya kita tinggal menghitung hari. mungkin minggu. atau bulan.
namun, bukan saatnya kau lengserkan baju bajamu itu sekarang. masih ada sebuah janji. hakikat pada sebuah bunga. dimana kita harus kembali menggenggam pedang dan tameng di waktu bersamaan. saat kita harus kembali menunggangi kuda-kuda hitam, dan berlari mengejar matahari.
iya. kita harus kembali berjuang. sekali lagi.
sekali lagi.
sayang,
masihkah bara semangatmu membara seperti dulu kala?
sedia hingga akhir tanah peperangan habis tertiup angin.
kita yang kian menua, namun tidak tua, harus kembali menuntun para kesatria-kesatria muda. menuntunnya sebagaimana kita muda seperti dulu.
dan tetaplah pada pijakanmu, sayang.
hingga saat akhir ranah ini tertiup angin timur,
kita akan tersenyum bangga.
atau menangis.
09.47 a.m
15 september 2011
Komentar
Posting Komentar