Senja

dulu, kami masih menunggu senja yang sama.
senja jingga yang menurut kami indah.
itu dulu.
ya, dulu.
kami terhenti di persimpangan jalan,
tak lama setelah senja berakhir.
kami kembali terdiam diperhatikan rembulan yang tersenyum tajam.
payau.
sebelum kami putuskan untuk berbeda jalan,
aku menciumnya.
ciuman terakhir,
katanya.
air mata yang mengalir,
membasahi tiap sudut jalanku.
aku dan dia.
kini telah berbeda jalan.
sekarang,
kami tidak menunggu senja yang sama.
namun, 
aku masih tetap menunggu senja yang indah.
di penghujung lekuk senyum bibirnya.

Komentar