Judulnya Kamu
Kamu. Aku baru berani menulis tentangmu. Ya, tentang kamu. Tentang tatapan hangatmu saat kita bersama. Caramu menyentuhku, tanpa membuatku terbang.
Aku hampir hafal semua tentangmu. Tentangmu yang tak ingin dilupakan. Tentangmu yang ingin diperhatikan. Tentangmu yang perlu dikomando untuk makan. Tentang susahnya kamu makan sesuap nasi. Macam rokokmu. Caramu memegang putung rokok. Aku tau. Caramu menghirup, menikmati, dan melepaskan asap itu menjadi donat-donat kecil di udara. Manisnya rokok di bibirmu. Hmm...
Aku suka caramu memperlakukan ku sebagai perempuanmu. Menjagaku tanpa harus mengekangku. Memperhatikan ku tanpa harus mengusikku. Aku suka caramu membuatku tertawa saat aku marah. Tingkahmu. Tutur bahasamu yang mengajakku berbincang tentang keluh kesahmu. Caramu memelukku dari belakang. Menekankan bibirmu pada keningku. Aku hafal. Caramu meleburkan amarahku. Membuatku luluh hingga tak sanggup berdiri.
Aku suka caramu bermain kata. Aku juga senang bermain kata. Caramu menatapku, seakan ingin memakanku hidup-hidup.
Seringkali, hujan mengingatkanku tentangmu. Lagi. Saat berteduh. Memunggungiku saat rintik hujan sudah mulai mengusik. Memeluk pinggangku. Tetap menggenggamku saat aku mulai mengantuk. Hihi..
Tapi sekarang sudah berbeda, yah. Ingatkah? Kita berhenti di persimpangan jalan. Aku tak mengerti lagi harus bagaimana. Aku hanya melihat kamu yang menatapku kosong. Entah ada apa dengan matamu itu. Kita mematung di persimpangan jalan itu, cukup lama. Aku sempat tertegun. Kamu tetap pada mata yang sama. Kosong.
Akhirnya, kita kembali berjalan. Kita kembali berjalan pada jalur berbeda. Ya. Dipersimpangan itu kita memilih jalan yang berbeda. Hehe..
Ingatkah, kamu?
Aku hampir hafal semua tentangmu. Tentangmu yang tak ingin dilupakan. Tentangmu yang ingin diperhatikan. Tentangmu yang perlu dikomando untuk makan. Tentang susahnya kamu makan sesuap nasi. Macam rokokmu. Caramu memegang putung rokok. Aku tau. Caramu menghirup, menikmati, dan melepaskan asap itu menjadi donat-donat kecil di udara. Manisnya rokok di bibirmu. Hmm...
Aku suka caramu memperlakukan ku sebagai perempuanmu. Menjagaku tanpa harus mengekangku. Memperhatikan ku tanpa harus mengusikku. Aku suka caramu membuatku tertawa saat aku marah. Tingkahmu. Tutur bahasamu yang mengajakku berbincang tentang keluh kesahmu. Caramu memelukku dari belakang. Menekankan bibirmu pada keningku. Aku hafal. Caramu meleburkan amarahku. Membuatku luluh hingga tak sanggup berdiri.
Aku suka caramu bermain kata. Aku juga senang bermain kata. Caramu menatapku, seakan ingin memakanku hidup-hidup.
Seringkali, hujan mengingatkanku tentangmu. Lagi. Saat berteduh. Memunggungiku saat rintik hujan sudah mulai mengusik. Memeluk pinggangku. Tetap menggenggamku saat aku mulai mengantuk. Hihi..
Tapi sekarang sudah berbeda, yah. Ingatkah? Kita berhenti di persimpangan jalan. Aku tak mengerti lagi harus bagaimana. Aku hanya melihat kamu yang menatapku kosong. Entah ada apa dengan matamu itu. Kita mematung di persimpangan jalan itu, cukup lama. Aku sempat tertegun. Kamu tetap pada mata yang sama. Kosong.
Akhirnya, kita kembali berjalan. Kita kembali berjalan pada jalur berbeda. Ya. Dipersimpangan itu kita memilih jalan yang berbeda. Hehe..
Ingatkah, kamu?
Komentar
Posting Komentar