sedikit tanda tanya dan protes
hallo pahlawan,
bagaimana kabarmu di tanah juang sana?
masihkan ada genderang tank?
atau hujan pelor-pelor besi?
disini, tanah lahirmu tlah merdeka
berkat tetes darah bercampur paluhmu
dengan runcingnya bambu,
kau tebaskan..
terima kasih.
sekarang Indonesia Jaya ini sudah merdeka
sudah tidak ada lagi rantai anjing yang membelenggu zamrud indah ini
gubuk-gubuk tua mu dulu,
telah berganti seiring takdir ilmu
beton-beton pencakar langit telah tegak berdiri.
salam hangat untukmu,
Pahlawan.
semua kisahmu telah habis ku lahap
tapi maaf,
aku masih saja terperangkap di depan layar kenyataan ini
engkau berjuang demi keadilan,
demi kedamaian,
demi tumpah darah saudaramu,
demi Indonesia.
tapi apa?
sekarang yang ku dapat,
semua keadilan, kedamaian yang kau perjuangkan,
tunduk diatas tarian uang para curut-curut itu !
semua pion-pion ketegasanmu,
masih saja menjadi babu oleh para orang berbaju belang itu !
untuk itukah engkau berjuang?
semua peluh, keringat otakmu?
apakah terbayar oleh semua ini?
aku bingung, wahai Pahlawan
semua cita, perjuanganmu
ikut tertimbun dalam di makammu
semua harapan dan impianmu,
ikut membusuk bersama ragamu,
di tanah gundukan sana.
lalu,
apa yang dapat kubanggakan?
aku bingung, wahai pahlawan
sekarang,
tikus-tikus itu makin bercicit ria di atas singgasananya
dan para tikus itu semakin berjaya
wahai pahlawan,
haruskah mereka dimusnahkan dengan ujung tombak tajammu? lagi?
semua ukiran-ukiran di buku rantai itu telah di gerogoti
maaf pahlawan,
perjuanganmu telah dibalas dengan semua aib ini.
tenanglah engkau disana.
biarkan aku dan penerusku,
yang akan gila,
dan meledak.
by. nadia bondol
bagaimana kabarmu di tanah juang sana?
masihkan ada genderang tank?
atau hujan pelor-pelor besi?
disini, tanah lahirmu tlah merdeka
berkat tetes darah bercampur paluhmu
dengan runcingnya bambu,
kau tebaskan..
terima kasih.
sekarang Indonesia Jaya ini sudah merdeka
sudah tidak ada lagi rantai anjing yang membelenggu zamrud indah ini
gubuk-gubuk tua mu dulu,
telah berganti seiring takdir ilmu
beton-beton pencakar langit telah tegak berdiri.
salam hangat untukmu,
Pahlawan.
semua kisahmu telah habis ku lahap
tapi maaf,
aku masih saja terperangkap di depan layar kenyataan ini
engkau berjuang demi keadilan,
demi kedamaian,
demi tumpah darah saudaramu,
demi Indonesia.
tapi apa?
sekarang yang ku dapat,
semua keadilan, kedamaian yang kau perjuangkan,
tunduk diatas tarian uang para curut-curut itu !
semua pion-pion ketegasanmu,
masih saja menjadi babu oleh para orang berbaju belang itu !
untuk itukah engkau berjuang?
semua peluh, keringat otakmu?
apakah terbayar oleh semua ini?
aku bingung, wahai Pahlawan
semua cita, perjuanganmu
ikut tertimbun dalam di makammu
semua harapan dan impianmu,
ikut membusuk bersama ragamu,
di tanah gundukan sana.
lalu,
apa yang dapat kubanggakan?
aku bingung, wahai pahlawan
sekarang,
tikus-tikus itu makin bercicit ria di atas singgasananya
dan para tikus itu semakin berjaya
wahai pahlawan,
haruskah mereka dimusnahkan dengan ujung tombak tajammu? lagi?
semua ukiran-ukiran di buku rantai itu telah di gerogoti
maaf pahlawan,
perjuanganmu telah dibalas dengan semua aib ini.
tenanglah engkau disana.
biarkan aku dan penerusku,
yang akan gila,
dan meledak.
by. nadia bondol
Komentar
Posting Komentar