"dia"

dia tidak hanya duduk diam didepan tungku perapian. kadang  berada dalam tungku itu. kadang  berada di dalam tungku itu. kadang menjadi api yang sangat dominan. kadang ia menjadi kayu yang ikut terbakar. bahkan sesekali  menjadi abu yang hilang dari panasnya api. tapi kini, yang kulihat, dia duduk manis menyaksikan tungku itu. sesekali ia lempar lagi kayu yang ia genggam. tersenyum, cemberut, tak jarang alisnya naik setengah. banyak ekspresi kala ia duduk menjadi sutradara dari tungku perapian tersebut.
dia melihat, dia mendengarkan. walau kita mencoba menutupinya, dia tetap mengintip. dia benar-benar mengorek. tidak memaksa, hanya mengorek. menggali lubang. benar-benar mengorek dan mencoba dilubangi. tragis? tidak.

Komentar