Aku si Hamba Tuhan
Suatu ketika, angin malam membisikkan kata yang mesra
padaku. Sebuah untaian puisi merdu untuk yang terkasih, namun enggan
tersampaikan. Katanya, ia terlalu malu untuk tersipu.
Perkenalkan, aku adalah seorang hamba dari salah satu Tuhan
yang kau tau. Akulah anak asuh rembulan. Tempat bersembunyiku berada di antara
sekat bintang utara, dan bintang barat. Jika kau mencariku untuk meminta sebuah
harapan, kau datang pada hamba yang salah. Aku mengenal beberapa mahluk lain
ciptaan-Nya. Sebut saja, manusia. Mereka adalah seonggok daging yang bergerak.
Tuhan berbaik hati memberinya akal pikiran. Menempatkan mereka pada surga-Nya
yang paling nyata. Memberi apapun yang mereka pinta, tanpa pamrih. Ya,Tuhan
amat baik.
Tapi lihatlah mereka. Kelakuannya buruk, melebihi setan. Aku
berteman dengan siapa saja. Dengan angin, air, langit, hewan, malaikat,
bidadari, hingga setan. Pernah suatu ketika aku berbincang dengan seorang ibu
setan yang sedang menyusui anaknya dengan lava merah menyala. Mereka pun
membenci manusia. Katanya, manusia hanya bisa menyalahkan setan jika melakukan
suatu kejahatan. Alasan yang paling sering dilontarkan adalah, karena bisikan
setan. Boro-boro untuk naik ke bumi dan sekedar berbisik pada manusia, para
setan di neraka pun sudah terlalu sibuk mengabsen setiap manusia yang masuk ke
dalamnya. Mereka terlalu sibuk menyiapkan kamar untuk para pendatang yang tiap
harinya bertambah banyak. Jika boleh dikatakan, jumlah manusia di neraka bahkan
lebih banyak daripada jumlah setan yang melayaninya. Yah, kurang lebih
begitulah penuturan ibu setan itu.
Aku pun pernah berbincang dengan bayu, si penguasa angin.
Dia banyak mengeluhkan sikap manusia yang seenak jidadnya. Mereka terlalu sibuk
mengurusi kepentingannya sendiri hingga tak menghiraukan keberadaan oksigen
untuk mahluk lainnya. Ulahnya yang paling parah, mereka membuat kuda besi yang
acap kali melahirkan udara yang tak baik. Bayu pun kewalahan menyeimbangi udara
baik dan udara jahat. Pernah suatu kali bayu kesal, ditiupnya angin berputar
yang jahat. “biar sekalian bersih,” ucapnya.
Biarpun begitu, aku pikir tak semuanya salah manusia. Karena
aku pernah menjadi manusia sekali waktu.
Tapi, aku tak tau apa yang bisa ku
bela dari para manusia. Maaf ya, manusia.
11.50 p.m
16 maret 2013
Komentar
Posting Komentar