Gadis Duduk di Kamar Sunyi

Gadis Duduk di Kamar Sunyi

By. Khalil Gibran

Kemarin, gadis yang kucintai duduk di kamar sunyi ini.

Kemarin, dia membaringkan kepalanya di atas bantal yang bermotif bunga-bunga. Dari cawan kristal, dia minum anggur yang dicampur dengan percikan-percikan parfum.

Itu terjadi kemarin. Kemarin adalah mimpi yang tak mungkin kembali. Saat ini, gadis yang kucintai telah pergi ke tanah kosong, tandus dan jauh, tanah yang mereka namakan Tanah Kehampaan dan Kegelapan.

Tanda-tanda jari jemarinya masih terlihat di kaca cermin. Bau wangi parfum pada napasnya masih beraroma pada lipatan-lipatan pakaianku. Suaranya masih menggema pada sudut-sudut rumah ini. Tetapi, gadis itu sendiri “gadis yang kucintai” telah pergi ke tempat yang jauh, tempay yang bernama Lembah Pengasingan dan Kegelapan. Tanda-tanda jari jemarinya akan tetap tinggal di kamar ini sampai besok pagi. Kemudian, aku akan membuka jendela rumahku dan membiarkan angina menghapus semuanya, dimana wanita penyihir ada di belakangku.

Foto gadis yang kucintai itu masih tergantung di samping ranjang ini. Surat-surat cinta yang dia kirim untukku masih ada di kotak perak, dilapisi batu mulia dan batu karang. Kunci rambut emas yang diberikan padaku masih ada di kursi sutra penuh dengan kesturi dan buah manisan. Semua itu akan tetap berada di sana sampai fajar merekah. Ketika pagi tiba, aku akan membuka jendela rumahku dan membiarkan udara melenyapkan kegelapan ketidakmanusiaan ke tempat di mana kesunyian mati berada.

Gadis yang kucintai adalah seperti gadis-gadis yang kau cintai, anak-anak muda. Dia adalah gadis yang memesona yang diciptakan oleh para dewa dari keindahan burung merpati, kelincahan ular kecil berbisa, keagungan burung merak, kedengkian serigala, kecantikan bunga mawar putih, ketakutan malam gelap, disatukan dengan segenggam abu dan buih-buih lautan.

Aku telah mengetahui bahwa gadis yang kucintai adalah bagai seorang anak kecil. Aku akan berlari dibelakanganya di lading dan mengikat pakaian di jalan.

Aku mengetahui dia sebagai seorang gadis muda. Aku akan melihat gambaran wajahnya di halaman-halaman buku dan esai-esai. Aku akan melihat gambaran tubuhnya di antara awan di langit dan mendengar melodi suaranya yang melambung tinggi bersama riak-riak sungai.

Aku mengenalnya ketika aku masih muda. Aku akan duduk di sampingnya, berbicara dan bertanya. Aku akan dating kepadanya, mengeluhkan kepedihan hatiku dan menceritakan kepadanya rahasia-rahasia jiwaku.

Itu semua terjadi kemari. Kemarin adalah mimpi yang tak mungkin kembali. Tetapi, sekarang ini, gadis itu pergi ke tanah jauh yang tandus, suram, dan dingin. Tanah yang mereka namakan Tanah Kehampaan dan Kegelapan.

Nama gadis yang kucintai itu adalah kehidupan.

Kehidupan adalah seorang gadis, penyihir cantik yang menggoda hati kita, memperdaya jiwa kita, memenuhi kehidupan kita dengan janji-janji. Jika dia telanjang, dia mampu mengoyak kesabaran kita. Jika dia setia, dia akan membangkitkan kita dari kebosanan.

Kehidupan adlah seorang gadis bermandikan air mata kekasihnya dan diberi wangi-wangian dengan darah siapa saja yang dia bunuh.

Kehidupan adlah seorang gadis yang mengenakan jubah putih yang bergaris-garis kegelapan malam.

Kehidupan adlah seorang wanita yang dengan kesenangannya merebut hati manusia sebagai kekasihnya tetapi menolak dia sebagai suami.

Kehidupan adalah wanita pelacur namun sungguh cantik. Siapa saja yang memandangnya akan membencinya.

-tamat-

Komentar