Gadis Itu
Adalah seorang gadis yang menarik perhatianku. Sosoknya yang manis dan cantik. Sesaat, ku lihat ia terbungkus dalam kecerian yang sangat menyenangkan. Pembawaannya yang murah senyum sangat membuat sejuk atmosfer sekitar. Tutur katanya lemah lembut. Bak peri yang turun dari langit. Betapa beruntungnya mas-ku memilikinya.
Sejenak kulihat ia tertunduk dalam duduknya. Menyembunyikan wajahnya dari orang-orang yang sedang berdoa untuk terkasihnya. Ingin rasanya menyentuh pundaknya, dan menghapus sejenak sedih yang singgah di hati gadis itu. Dalam deru suara yang gemuruh, ku dengar isak rintih yang dia tahan. Tertunduknya kala itu. Ingin rasanya ku tawarkan sejenak pundakku untuk menampung semua air matanya. Membelainya mesra, sebagaimana yang terkasih, mas-ku, membelainya dulu. Dan akan ku telan semua rindu dan perih yang ia tutupi.
Kala itu, semua tertunduk. Bau semilir melati semerbak melintas di lorong itu. Harum ini. Dan gadis itu masih saja tertunduk. Seribu arti yang tak terkuak kian terlihat menggoda.
Teruntuk gadis itu. Sungguh, dirimu tlah memancingku untuk menulis tentang dirimu. Tentang segala ekspresi yang kau sembunyikan. Wahai gadis yang tlah menguak kembali hasrat ku untuk menulis, terima kasih. Dan harus ku akui, kau bawa sejuta kata yang ingin sekali ku ubah menjadi tinta.
Bisakah aku mengetuk pintu rahasiamu, untuk sejenak saja? Mungkin aku bisa –setidaknya- mengahapus sedikit gundahmu. Karna aku terlalu malu mengakui sedih kehilangan dia di depanmu. Walau ku tahu –sangat tahu- bahwasanya kau lebih kehilangan. Karna dirimu lah yang telah menghias hidupnya. Dan dia telah menghias hidupmu.
Wahai gadis cantik yang bersedih itu. Lain waktu, aku ingin sekali bertukar air mata denganmu.
1.02 a.m
23 januari 2011
Komentar
Posting Komentar