Hidup Ini Bukan Seperti di Film!
Pemicu. Iya, mungkin ini lebih
dapat disebut pemicu. Pemicu adrenalin yang mengalir dalam darah dengan
kuatnya. Pemicu gairah untuk kembali menjajakan diri pada kondisi yang sangat
di senangi, walau tidak mudah. Pemicu kaki untuk melangkah lebih jauh, lebih
tinggi, dan lebih luas. Pemicu darah ini mengalir lebih cepat mengitari seluruh
tubuh. Pemicu untuk kami, penikmat alam, kembali menikmati alam. Lagi!
Sehabis nonton film 5 cm tadi, gue
banyak berfikir. Banyak berimajinasi ria. Fantasi-fantasi nakal mulai merasuki
gue. Dan, yup! Gue akuin, gue sangat benci berada pada posisi seperti ini. Saat
sesuatu dengan mudahnya membongkar kembali hasrat lu setelah sekian lama
terkubur. Terkunci dalam angan-angan semata.
Gokil men!
Gue mengakui film itu pasti bagus. Sorot
keindahan tubuh tegap sang Mahameru sangat tergambar jelas oleh cameramen. Lewat
lensa yang sudah berjasa mengabadikan gambar tersebut, gue di bawa masuk ke
dalam dunia khayal, yang terdapat gue di sana. Di Mahameru. Seakan ikut
merasakan guncangan jeep saat menuju ranupani. Menikmati hembusan angin dingin
yang menusuk tulang belulang. Memaksa manusia mencari kehangatan di antaranya. Menghipnotis
mata gue untuk ngga berkedip melihat takjub puncak para dewa tersebut.
WAH!
Semua gambar bergerak dalam layar
besar itu seakan mencumbui dunia imaji gue. Menghasut si rusuh nekat untuk
segera merebahkan diri di atas tanah tertinggi pulau jawa. Aaaaaakk!! Gue ga
bisa berkata apa-apa selain merasakan bara api yang begitu terbakar menyaksikan
eksotisnya Mahameru.
Tapi,
Gue yakin, hidup gue ga bisa
semulus film yang barusan gue tonton. Beberapa kesempatan lampau gagal membawa
gue ke sana, berenang bebas di ranukumbolo. Masih melekat erat bagaimana tetes
demi tetes di iringi isak yang menemani malam kelabu gue bersama sahabat gue
kala itu. Membuat pengakuan pada mata kura-kuranya dan kepala keramatku. Sayat demi
sayat yang mengiris semangat petang itu. Melepaskan sayap-sayap yang terbang ke
sana. Ah, semeru…
Sudah berapa surat yang gue buat
hanya untuk menyatakan betapa gue berkeinginan mengunjungi puncak suci mu itu? Berapa
banyak pesan dari gue yang di sampaikannya pada jernihnya ranukumbolo? Berapa ribu
doa gue yang berlabuh di gerbang arcapada untuk senantiasa membimbing mereka
pada keselamatan yang Tuhan kehendaki?
Hidup gue ngga akan sehalus layar
film lebar itu. Semua reka-reka yang terpantul di sana, bukanlah hidup gue. Walaupun
film documenter itu bagus, gue yakin, film kehidupan gue jauh lebih bagus dari
apa yang gue liat!
Gue percaya kalo gue masih bisa
berjodoh dengan si gagah, Mahameru. Jodoh pasti akan bertemu. Walau harus
merelakan satu, dua, tiga kali kesempatan yang ada, dan terbentang luas. Jodoh akan
di takdirkan untuk bertemu. Entah kapan waktu akan membuat garis temu antara
gue dan dia. Gunung ga akan kemana. Tapi, kaki ini yang harus melangkah,
mendekatinya! Meski harus gue akui, bersama orang yang tepat lah yang bakal
membuat sebuah perjalanan lebih berarti dan bermakna. Ah, kalian!
Gue yakin suatu saat kita akan
bertemu, Mahameru. Mendengarkan sendiri beribu doa yang pernah dititipkan pada
gemercik danau mu. Atau kata-kata mesra yang tercecer ditanjakan cintamu. Bahkan
sisa-sisa asa yang melebur pada tiap butir pasir mu. Merasakan deruan nafas mu,
menjamah tiap lekuk tubuh, mempermainkan helai rambut, menguasai seluruh
fantasi dan nafsu.
Ya! Kita akan bertemu! Ah, bukan. Aku
akan menghampiri mu!
Dengan cerita gue sendiri. Bersama asa
yang akan terus mengikis sekaligus menguat. Dalam kehendak-Nya. Dalam cerita
hidup gue sendiri.
Karna hidup kita bukanlah layar
film!
12.06 a.m
17 desember 2012
Komentar
Posting Komentar